Saturday, October 17, 2009

Cobaan Allah itu hanya terhadap kaum Mu'minin

Bila kita membaca beberapa ayat dalam Al-Qur'an dan beberapa hadits Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam yang berkenaan dengan musibah yang ditimpakan oleh Allah Ta`ala terhadap kaum Mukminin, maka kita akan melihat kenyataan bahwa cobaan Allah itu adalah rahmat Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang Mu'minin untuk menaikkan derajat hamba-Nya ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah Ta`ala dalam firman-Nya: “Tidaklah Allah akan biarkan kaum Mu'minin seperti yang kalian berada padanya sekarang, sehingga Allah pisahkan orang-orang yang jelek dari orang-orang yang baik. Dan tidaklah Allah menjadikan kalian mengetahui perkara ghaib. Akan tetapi Allah memilih dari Rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki untuk mengetahui perkara yang ghaib. Oleh karena itu, berimanlah kalian kepada Allah dan kepada para Rasul-rasul-Nya. Maka bila kalian beriman dan bertaqwa, maka bagi kalian akan mendapatkan pahala yang besar.” ( Ali Imran : 179)

Juga Allah Ta`ala menyatakan: “Dan sungguh Kami akan menguji kalian, sehingga Kami melihat siapa dari kalian yang benar-benar sebagai mujahidin (orang-orang yang berjihad) dan siapa pula dari kalian yang benar-benar sebagai orang-orang yang sabar, dan Kami sungguh-sungguh akan membeberkan isi hati kalian.” ( Muhammad : 31)

Bahkan Allah Ta`ala menegaskan bahwa cobaan-cobaan-Nya yang ditimpakan kepada kaum Mu'minin itu adalah untuk sebagai jalan dilimpahkannya rahmat dan maghfirah (ampunan Allah Ta`ala) serta hidayah-Nya (petunjuk-Nya): “Dan sungguh-sungguh Kami akan uji kalian dengan ketakutan, dan kelaparan, serta kekurangan harta, kematian dan kekurangan hasil pertanian. Dan beri kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Iaitu orang-orang yang bila mereka ditimpa suatu musibah, mereka akan menyatakan " Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah, dan kami semua akan kembali kepada-Nya. Mereka itu akan mendapatkan limpahan shalawat dari Tuhan mereka, dan mereka akan mendapatkan rahmat dari-Nya. Dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari-Nya.” ( Al-Baqarah : 155 –157)

Lebih jelas lagi Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallammenerangkan dalam sabda beliau:
“Sesungguhnya besarnya pahala itu beserta besarnya malapetaka, dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah timpakan kepada mereka berbagai malapetaka. Maka barang siapa yang ridla dengan ketentuan Allah itu maka dia akan diridlai oleh Allah. Dan barangsiapa murka dengan ketentuan-Nya itu, maka dia akan dapat murka-Nya.” (HR. At-Tirmidzi , Ibnu Majah dan lain-lainnya dari Anas bin Malik radliyallahu `anhu . Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah As-Syaikh Nashiruddin Al-Albani juz 1 hal. 276 no. 146).

Juga telah diterangkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dalam sabda beliau : “Orang yang paling berat malapetakanya ialah para Nabi, kemudian yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang itu ditimpa oleh berbagai malapetaka sesuai dengan kadar agamanya. Maka bila dia adalah orang yang kuat dalam berpegang dengan agamanya, malapetakanya akan berat pula. Akan tetapi bila dia lemah dalam berpegang dengan agamanya, maka malapetakanya akan sesuai dengan kadar kelemahannya. Maka tidak akan henti-hentinya malapetaka pada hamba Allah itu sehingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak berdosa.” (HR. At-Tirmidzi ,Ibnu Majah , Ad-Darimi , At-Thahawi , Ibnu Hibban , Al-Hakim dan lain-lainnya. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah oleh As-Syaikh Al-Albani juz 1 hal. 273 no. 143).

Al-Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dalamSilsilah Al-Ahaditsus Shahihah jilid I al-qismul awwalhalaman 275 menerangkan makna hadits di atas sebagai berikut: “Dan di dalam hadits-hadits tersebut di atas, kita dapati dalil yang jelas yang menunjukkan bahwa seorang Mu'min itu setiap bertambah kuat imannya, maka akan bertambah malapetakanya dan cobaannya. Dan bila sebaliknya, tentu keadaannya juga sebaliknya. Dan di dalam hadits-hadits tersebut terdapat bantahan terhadap orang-orang yang lemah akal dan pikirannya, yang menyangka bahwa seorang Mu'min bila ditimpa malapetaka; seperti dipenjara atau diusir dari negerinya atau dipecat dari kepegawaian dan yang semisalnya; dianggap yang demikian itu sebagai bukti bahwa orang Mu'min tersebut tidak diridlai oleh Allah Ta`ala! Dan sangkaan yang demikian itu adalah sangkaan yang batil. Kita lihat bagaimana Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam yang beliau adalah seutama-utama manusia, namun beliau mengalami malapetaka yang paling dahsyat dari kalangan manusia, bahkan kalangan para Nabi. Maka dari itu malapetaka itu pada umumnya sebagai pertanda kebaikan dan bukan sebagai peringatan adanya kejelekan sebagaimana ditunjukkan oleh hadits ini.”